Welcome to my blog :)

Welcome to my blog :)

Tuesday 23 December 2014

Mengapa Mengantuk Menyebabkan Menguap?



Menguap adalah perilaku manusia yang umum dan setiap manusia pasti pernah merasakannya. Tetapi, intensitas setiap orang berbeda-beda. Sampai akhir hayat manusia pasti selalu melakukannya. Mekanisme menguap yaitu, ketika mulut menganga disertai dengan menghirup napas lama- lama diikuti dengan mengeluarkan napas dengan singkat. Lebih jelasnya yaitu, alveoli ini berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke dalam darah dan menyedot karbondioksida untuk kemudian dikeluarkan. Jika alveoli tidak mendapatkan udara segar, dia akan kempis dan paru-paru agak mengeras. Kemudian otak segera bereaksi untuk memerintahkan mulut menguap dan menarik udara (oksigen). Pusat pernafasan yang berada di dalam otak tepatnya di medulla oblongata lah yang berperan membuat kita menguap. Hal ini tidak lain agar otak mendapat oksigen yang cukup.
Apabila sering menguap diidentikan seperti orang yang pemalas. Hal ini terjadi karena menguap biasanya terjadi saat seseorang merasa mengantuk atau kelelahan. Menguap juga menyebabkan seseorangan kehilangan konsentrasi dan semangat dalam beraktivitas. Menguap bukan hanya karena kita mengantuk saja, karena bosan juga sebab melakukan hal- hal yang itu saja bisa juga karena lelah dan juga tubuh kita kurang bergerak. Menguap penting untuk membuka saluran eustachius dan untuk menyesuaikan tekanan udara di telinga tengah.
Menguap sebentar sebelum tidur dan setelahnya, itu merupakan sebuah mekanisme untuk meningkatkan kewaspadaan atau funsi otak pada seseorang yang mengantuk, atau mekanisme untuk menekan kewaspadaan, mendorong relaksasi atau mempercepat dengan cara lain mempersiapkan kita untuk tidur. Rangsangan menguap pada manusia diawali dengan adanya signal yang berasal dari bagian otak yang disebut PVN (Paraventricular Nucleus) yang terdapat pada bagian hypothalamus. Signal tersebut merangsang sel-sel otak yang lain, baik itu pada bagian batang otak ataupun hippocampus yang kemudian akan menghasilkan kontraksi otot yang kita kita kenal dengan menguap. Terjadinya pelepasan Adrenocorticotropic hormone atau ACTH oleh PVN juga merupakan penyebab mengapa manusia menguap. Hormon ACTH tersebut biasanya akan meningkat kadarnya secara dramatis selama seseorang tidur dan saat sebelum tidur.
Menguap adalah sebuah tanggapan terhadap tingkatan- tingkatan kadar karbondioksida atau oksigen di dalam darah atau entah bagaimana mengatur kadar- kadar itu. Laju menguap tidak diperlancar, maupun ditekan dengan mengembuskan gas- gas dengan tingkat- tingkat karbondioksida atau oksigen yang tinggi. Menguap juga tidak dipegaruhi oleh latihan olahraga berat.
Akibat dari mengantuk otak akan menjadi sedikit tumpul karena tidak mendapat cukup oksigen karena aliran darah ke otak berjalan lamban. Selain itu setelah menguap atau selagi menguap, mata menjadi berair karena tekanan terhadap kelenjar- kelenjar air mata, yang terletak dipinggiran- pinggiran luar rongga mata, sebab wajah berkerut ketika menguap. Tindakan menguap yang tidak di bawah kehendak itu biasanya mencakup membuka mulut leher- leher sementara perlahan- lahan menghirup napas dalam- dalam.
Perubahan bentuk yang sama ini boleh jadi menekan pula kelenjar- kelenjar air liur, terutama bila menguapnya ditahan- tahan, ketika orang yang penguap berusaha keras untuk menjaga mulutnya agar tetap tertutup sementara membuka kerongkongan lebar- lebar. Jika terus-menerus menguap, cobalah untuk menggerakkan tubuh atau berjalan-jalan sebentar agar lebih segar.
Menurut Leyner dan Goldberg (2006) mengatakan bahwa menguap dapat menular. Menguap dapat menular mungkin terkait dengan aspek empati terhadap sikap mental yang ditunjukkan oleh seseorang dan secara negatif dipengaruhi oleh peningkatan kecenderungan menderita skizofrenia ringan, sama seperti gerak atau sikap tubuh lain yang terjadi dengan sendirinya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang secara tidak sadar meniru ketika melihat orang lain menguap.


Daftar Pustaka
  Juan, S. (2006). Tubuh ajaib. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum              
  Goldberg, Leyner dan. (2006). Mengapa pria punya puting susu? : Ratusan pertanyaan yang tak berani anda tanyakan pada dokter. Jakarta: Gramedia.

No comments:

Post a Comment